Tuesday, September 25, 2012

Mengenal Hujan Meteor

Hujan Meteor Lyrids

Setiap bulan April sekitar tanggal 22, jangan lupa untuk mengamati langit dinihari. Saat itu ada peristiwa astronomi menarik sedang terjadi, yaitu hujan meteor Lyrid. Nama Lyrid berarti arah radian meteor tersebut berasal dari rasi Lyra, sebuah rasi di sebelah utara dengan bintang terangnya yang bernama Vega. Jumlah meteor yang bisa kita lihat saat itu adalah sekitar 15 buah per jam. Namun terkadang bisa mencapai 60 buah per jamnya!

Meteor adalah peristiwa masuknya batuan ke atmosfer Bumi. Karena bergesekan dengan partikel di atmosfer, batuan tersebut memanas dan terkikis, bahkan memijar. Pijaran inilah yang kita sebut meteor, atau sering disebut dengan bintang jatuh. Kebanyakan meteor dalam sebuah hujan meteor akan terbakar habis di atmosfer karena ukurannya kecil. Tetapi ada juga meteor yang tidak habis di atmosfer melainkan terus turun dan menumbuk permukaan Bumi. Tumbukan ini dapat menghasilkan kawah dan sisa batuan yang ditemukan disebut meteorit. Meteorit ini biasanya bukan berasal dari hujan meteor, tetapi termasuk dalam kelompok meteor sporadis karena ukurannya yang lebih besar.
Posisi rasi Lyra dan Vega 22 April pk 3 dinihari
Suatu hujan meteor terjadi jika Bumi memasuki area di orbitnya yang memiliki banyak batuan. Dari manakah asal batuan itu dan kenapa jumlahnya banyak? Kometlah yang meninggalkan batuan tersebut. Komet yang sedang mendekati Matahari akan meninggalkan jejak berupa serpihan batuan di lintasannya. Apabila komet tersebut melintas begitu dekat dengan orbit Bumi (atau bahkan berpotongan dengannya), maka kita akan mengalami hujan meteor jika Bumi melewati wilayah itu. Hujan meteor Lyrid diperkirakan berasal dari komet Thatcher, yang ditemukan tahun 1861.

Bagaimana cara menikmati hujan meteor Lyrid ini? Persiapannya adalah kita harus cari tempat datar dengan pemandangan langit yang tak terhalang. Lalu tikar/alas untuk tiduran, baju hangat, serta makanan ringan dan minuman hangat juga kalau perlu. Tidak perlu teleskop atau binokular. Hujan meteor adalah fenomena mata telanjang. Memakai alat bantu justru tidak dianjurkan karena meteor adalah objek yang bergerak cepat, kita tidak bisa melihatnya melalui piranti tersebut.

Untuk melihat sebuah hujan meteor, kita tidak perlu berkonsentrasi ke arah radiannya saja. Karena meteor justru akan tersebar di segala arah. Oleh karena itu, apabila kita hanya memperhatikan rasi Lyra saja, kita mungkin akan kehilangan kesempatan melihat meteor di sebelah selatan atau arah lain. Inilah mengapa kita harus mencari area dengan pemandangan langit yang seluas-luasnya.

Sayangnya, hujan meteor Lyra kali ini berlangsung ketika Bulan sedang dalam fase cembung akhir. Artinya, cahaya Bulan akan sangat mengganggu kenampakan meteor yang redup. Sehingga jumlah meteor yang terlihat jadi lebih sedikit. Walaupun begitu, fenomena ini tetap menarik untuk diamati. Jadi, selamat melakukan pengamatan.

Sumber

Hujan Meteor Eta Aquarids

Hujan meteor Lyrids sudah berlalu, kini saatnya kita bersiap untuk yang berikutnya yang bernama Eta Aquarids. Hujan meteor ini berlangsung sejak tanggal 19 April hingga 28 Mei dengan puncaknya adalah pada tanggal 8 mei pukul 1.31 GMT. Karenanya, pengamatan bisa dilakukan 3 hari sebelum dan sesudah masa puncaknya karena jumlah meteornya cuku banyak di sekitar masa puncak itu.

Hujan meteor ini disebut dengan nama Eta Aquarids karena titik radiannya ada di sekitar bintang Eta Aquarid di rasi Aquarius. Rasi ini sendiri baru terbit sekitar pukul 1 dinihari. Salah satu hal yang membedakannya dengan hujan meteor Lyrids adalah kali ini jumlah meteornya berada di kisaran 60 buah per jam atau 1 per menit.

Rasi Aquarius tgl 8 Mei pk 3 dinihari
Hujan meteor ini berasal dari komet Halley, sebuah komet terkenal yang memiliki periode 76 tahun dan terakhir terlihat dari Bumi pada tahun 1986. Selain menghasilkan hujan meteor ini, komet Halley juga menghasilkan hujan meteor Orionids di bulan Oktober.

Bagaimana cara menikmati hujan meteor ini? Persiapannya adalah kita harus cari tempat dengan pemandangan langit yang tak terhalang. Lalu tikar/alas untuk berbaring, baju hangat, serta makanan ringan dan minuman hangat juga kalau perlu. Tidak perlu teleskop atau binokular. Hujan meteor adalah fenomena mata telanjang. Memakai alat bantu justru tidak dianjurkan karena meteor adalah objek yang bergerak cepat, kita tidak bisa melihatnya melalui piranti tersebut.

Saat berbaring, kita sebaiknya tidak berkonsentrasi ke arah radiannya saja. Karena meteor justru akan berada di segala arah. Apabila kita hanya memperhatikan radiannya saja, kita mungkin akan kehilangan kesempatan melihat meteor di arah lain. Inilah mengapa kita harus mencari area dengan pemandangan langit yang seluas-luasnya.

Berbeda dengan hujan meteor Lyrid, kali ini Bulan berada pada fase baru dan tidak akan terlihat di dini hari. Jadi kita tidak akan terganggu polusi cahaya Bulan. Meteor-meteor redup akan lebih mudah dilihat, jumlah keseluruhannya pun jadi lebih banyak pula. Maka, kami ucapkan selamat melakukan pengamatan.

Sumber

Hujan Meteor Quadrantids

Hujan meteor Quadrantid adalah salah satu hujan meteor yang terbaik dalam setahun. Jumlah meteor mencapai 100 buah per jam. Asal radian dari hujan meteor ini adalah di dekat rasi Bootes, yang terletak di belahan langit utara.

Sedikit berbeda dengan penamaan hujan meteor lainnya, hujan meteor ini dinamakan sesuai dengan rasi yang kini sudah tidak ada lagi. Rasi yang dimaksud adalah Quadran Muralis. Rasi yang ditemukan oleh J. Lalande pada tahun 1795 ini terletak dekat ekor dari Ursa Major, di antara Bootes dan Draco. Rasi ini menunjukkan alat mural quadrant, yang biasa digunakan untuk menentukan posisi benda langit.

Rasi Quadran Muralis (Sumber: www.pa.msu.edu) 
Hujan meteor ini terjadi pada pekan pertama Januari, dengan puncaknya berada pada tanggal 3 Januari. Rasi Bootes akan terbit sekitar pukul 2 dini hari, sehingga hujan meteor ini akan dapat disaksikan dengan lebih baik sekitar pukul 3, setelah arah radiannya sudah cukup tinggi di langit sebelah timur.


Mengamati hujan meteor Quadrantids (Sumber: science.nasa.gov)
Hujan meteor ini pertama kali diamati pada tahun 1825. Namun posisinya yang berada jauh di utara menyebabkan hujan meteor ini sering tidak dapat diamati dengan baik. Karena di bulan Januari, belahan bumi utara mengalami musim dingin, sehingga langit tidak terlalu bersahabat. Selain itu juga karena puncak dari hujan meteor ini hanya berlangsung sekitar 2 jam saja.

Berbeda dengan kebanyakan hujan meteor lainnya, asal material hujan meteor ini tidak diketahui dengan pasti. Dugaannya adalah komet yang menjadi sumber hujan meteor ini sudah hancur sejak lama.

Sumber

Aurora dan meteor-meteor Quadrantids (Sumber: APOD)

Meteor dan Meteorit?

Pengertian Meteor - Dalam dunia Tata Surya atau Astronomisering sekali kita dengan istilah Meteor. Apa sih sebenarnyadefinisi atau pengertian Meteor ? Meteor adalah benda langit yang masuk ke dalam wilayah atmosfer bumi yang mengakibatkan terjadinya gesekan permukaan meteor dengan udara dalam kecepatan tinggi. Akibat adanya gesekan yang yang cepat tersebut menimbulkan pijaran api dan cahaya yang dari kejauhan kita melihatnya seperti bintang jatuh.

Meteor adalah penampakan jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer bumi, lazim disebut sebagai bintang jatuh. Penampakan tersebut disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh tekanan ram pada saat meteoroid memasuki atmosfer. Meteor yang sangat terang, lebih terang daripada penampakan Planet Venus, dapat disebut sebagai bolide. Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam perjalanannya di atmosfer dan mencapai permukaan bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor yang menabrak bumi atau objek lain dapat membentuk impact crater.

Pengertian Meteor, Meteor adalah
Gambar Meteor
Selain meteor, kita juga perlu tahu Pengertian Meteorit, Meteorit adalah benda-benda di luar angkasa dengan kecepatan yang cepat. Jumlah meteorit di angkasa raya tidak terhitung karena sangat banyak dengan berbagai bentuk, jenis, bahan kandungan, warna, sifat dan sebagainya. Dan yang tidak kalah menarik terkait meteor adalah fenomena Hujan Meteor.

Hujan meteor adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika sejumlah meteor terlihat bersinar pada langit malam. Meteor ini terjadi karena adanya serpihan benda luar angkasa yang dinamakan meteoroid, yang memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi. Ukuran meteor umumnya hanya sebesar sebutir pasir, dan hampir semuanya hancur sebelum mencapai permukaan Bumi. Serpihan yang mencapai permukaan Bumi disebut meteorit. Hujan meteor umumnya terjadi ketika Bumi melintasi dekat orbit sebuah komet dan melalui serpihannya. Setelah mengetahuiPengertian Meteor, hal lain yang terkait Meteor adalah Atmosfer Bumi.

Sumber

Mengapa Bintang Tampak Berkedip

Pernahkah Anda perhatikan dengan seksama, bahwa bintang yang kita amati di malam hari tampak berkedip? Cahayanya berubah-ubah seperti lampu kelap-kelip, dan terkadang warnanya pun berubah-ubah dari putih ke biru atau merah dan sebaliknya. Sebenarnya bintang memancarkan energinya relatif konstan/stabil setiap saat. Jadi perubahan yang terjadi tidak berasal dari bintangnya. Ada hal lain yang menyebabkan bintang tampak berkedip. Apakah itu?

Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer. Banyaknya lapisan udara dengan temperatur yang berbeda-beda di atmosfer menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut bergerak-gerak sehingga menimbulkan turbulensi. Turbulensi ini bentuknya sama seperti ombak atau gelombang di laut dan kolam renang. Jadi untuk mendapatkan gambaran seperti apa yang terjadi di atmosfer, bayangkan sebuah kolam renang yang permukaannya tidak tenang.

Bintang tampak berkedip (Sumber: APOD)
Sebuah koin yang terletak diam di dasar kolam renang akan tampak bergerak-gerak jika kita lihat dari atas permukaan air. Gerak semu ini terjadi karena adanya refraksi/pembiasan. Menurut ilmu fisika, ketika berkas cahaya melewati dua medium yang indeks biasnya berbeda, cahaya tersebut akan dibiaskan/dibelokkan. Untuk kasus koin di kolam renang, cahaya yang dipantulkan koin melewati dua medium yang indeks biasnya berbeda, yaitu air dan udara, sebelum jatuh di mata. Dan karena permukaan air yang tidak tenang, posisi koin yang sebenarnya tetap pun akan tampak berpindah-pindah.

Hal yang sama terjadi pada cahaya bintang yang melewati atmosfer bumi. Ketika memasuki atmosfer bumi, cahaya bintang akan dibelokkan oleh lapisan udara yang bergerak-gerak. Akibatnya posisi bintang akan berpindah-pindah. Tetapi karena perubahan posisinya sangat kecil untuk dideteksi mata, maka kita akan melihatnya sebagai kedipan.

Lalu, bagaimana dengan planet, mengapa planet tidak tampak berkedip? Bintang, sebesar apapun ukurannya dan sedekat apapun jaraknya, akan tampak sebagai sebuah titik cahaya jika diamati dari bumi, bahkan dengan teleskop terbaik yang dimiliki manusia. Sedangkan planet yang memiliki ukuran yang jauh lebih kecil daripada bintang akan tampak lebih besar dari bumi karena jaraknya yang jauh lebih dekat. Dengan teleskop kecil saja kita akan dapat melihat planet sebagai sebuah piringan, bukan sebagai sebuah titik cahaya. Ukuran piringan ini cukup besar sehingga turbulensi atmosfer tidak memberikan pengaruh yang nyata pada berkas cahaya planet. Dilihat dari permukaan bumi, planet pun akan tampak tidak berkedip. Kecuali pada kondisi atmosfer yang turbulensinya sangat kuat, atau saat planet berada di dekat horison, planet akan tampak berkedip juga. Karena pada saat planet berada di dekat horison (sesaat setelah terbit atau sebelum tenggelam), berkas cahayanya harus melewati atmosfer yang lebih tebal.

Setelah kita tahu bahwa penyebab bintang tampak berkedip adalah atmosfer bumi, kita bisa sesuaikan dengan kebutuhan kita dalam melakukan pengamatan. Jika kita ingin mengamati bintang dengan gangguan atmosfer paling sedikit, kita bisa tunggu hingga bintang tersebut berada dekat meridian. Atau jika kita ingin melihat bintang tidak berkedip sama sekali, kita bisa pergi ke luar angkasa, atau bulan, atau planet yang tidak memiliki atmosfer (ingat, bulan tidak memiliki atmosfer). Ada yang ingin membuktikan sendiri?

Sumber

Evolusi Bintang

Seperti manusia, bintang juga mengalami perubahan tahap kehidupan. Sebutannya adalah evolusi. Mempelajari evolusi bintang sangat penting bagi manusia, terutama karena kehidupan kita bergantung pada matahari. Matahari sebagai bintang terdekat harus kita kenali sifat-sifatnya lebih jauh.

Dalam mempelajari evolusi bintang, kita tidak bisa mengikutinya sejak kelahiran sampai akhir evolusinya. Usia manusia tidak akan cukup untuk mengamati bintang yang memiliki usia hingga milyaran tahun. Jika demikian tentunya timbul pertanyaan, bagaimana kita bisa menyimpulkan tahap-tahap evolusi sebuah bintang?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan kembali menganalogikan bintang dengan manusia. Jumlah manusia di bumi dan bintang di angkasa sangat banyak dengan usia yang berbeda-beda. Kita bisa mengamati kondisi manusia dan bintang yang berada pada usia/tahapan evolusi yang berbeda-beda. Ditambah dengan pemodelan, akhirnya kita bisa menyusun teori evolusi bintang tanpa harus mengamati sebuah bintang sejak kelahiran hingga akhir evolusinya.

Kelahiran bintang
Bintang lahir dari sekumpulan awan gas dan debu yang kita sebut nebula. Ukuran awan ini sangat besar (diameternya mencapai puluhan SA) tetapi kerapatannya sangat rendah. Awal dari pembentukan bintang dimulai ketika ada gangguan gravitasi (misalnya, ada bintang meledak/supernova), maka partikel-partikel dalam nebula tersebut akan bergerak merapat dan memulai interaksi gravitasi di antara mereka setelah sebelumnya tetap dalam keadaan setimbang. Akibatnya, partikel saling bertumbukan dan temperatur naik.

Eagle Nebula, tempat kelahiran bintang (Sumber: Hubblesite) 
Semakin banyak partikel yang merapat berarti semakin besar gaya gravitasinya dan semakin banyak lagi partikel yang ditarik. Pengerutan awan ini terus berlangsung hingga bagian intinya semakin panas. Panas tersebut dapat mendorong awan di sekitarnya. Hal ini memicu terjadinya proses pembentukan bintang di sekitarnya. Demikian seterusnya hingga terbentuk banyak bintang dalam sebuah awan besar. Maka tidaklah heran jika kita mengamati sekelompok bintang yang lahir pada waktu yang berdekatan di lokasi yang sama. Kelompok bintang inilah yang biasa kita sebut dengan gugus.

Akibat pengerutan oleh gravitasi, temperatur dan tekanan di dalam awan naik sehingga pengerutan melambat. Di tahap ini, bola gas yang terbentuk disebut dengan proto bintang. Apabila massanya kurang dari 0,1 massa Matahari, maka proses pengerutan akan terus terjadi hingga tekanan dari pusat bisa mengimbanginya. Pada saat tercapai kesetimbangan, temperatur di bagian pusat awan itu tidak cukup panas untuk dimulainya proses pembakaran hidrogen. Maksud dari pembakaran di sini adalah reaksi fusi atom hidrogen menjadi helium. Awan ini pun gagal menjadi bintang dan disebut dengan katai gelap.

Jika massanya lebih dari 0,1 massa Matahari, bagian pusat proto bintang memiliki temperatur yang cukup untuk memulai reaksi fusi saat dirinya setimbang. Reaksi ini akan terus terjadi hingga helium yang sudah terbentuk mencapai 10 – 20 % massa bintang. Setelah itu pembakaran akan terhenti, tekanan dari pusat menurun, dan bagian pusat ini runtuh dengan cepat. Akibatnya temperatur inti naik dan bagian luar bintang mengembang. Saat ini, bintang menjadi raksasa dan tahap pembakaran helium menjadi karbon pun dimulai. Di lapisan berikutnya, berlangsung pembakaran hidrogen menjadi helium. Setelah ini kembali akan kita lihat bahwa evolusi bintang sangat bergantung pada massa.

Untuk bintang bermassa kecil (0,1 – 0,5 massa Matahari), proses pembakaran hidrogen dan helium akan terus berlangsung sampai akhirnya bintang itu menjadi katai putih. Sedangkan pada bintang bermassa 0,5 – 6 massa Matahari, pembakaran karbon dimulai setelah helium di inti bintang habis. Proses ini tidaklah stabil, akibatnya bintang berdenyut. Bagian luar bintang mengembang dan mengerut secara periodik sebelum akhirnya terlontar membentuk planetary nebula. Bagian bintang yang tersisa akan mengerut dan membentuk bintang katai putih.

Berikutnya adalah bintang bermassa besar (lebih dari 6 massa Matahari). Di bintang ini pembakaran karbon berlanjut hingga terbentuk neon. Lalu neon pun mengalami fusi membentuk oksigen. Begitu seterusnya hingga secara berturut-turut terbentuk silikon, nikel, dan terakhir besi. Kita bisa lihat di diagram penampang bintang di bawah ini, bahwa reaksi fusi sebelumnya tetap terjadi di luar lapisan inti. Sehingga ada banyak lapisan reaksi fusi yang terbentuk ketika di bagian pusat bintang sedang terbentuk besi.

Lapisan-lapisan reaksi fusi (Sumber: Wikipedia)
Evolusi Lanjut
Setelah reaksi yang membentuk besi terhenti, tidak ada proses pembakaran selanjutnya. Akibatnya, tekanan menurun dan bagian inti bintang memampat. Karena begitu padatnya, jarak antara neutroon dan elektron pun mengecil sehingga elektron bergabung dengan neutron dan proton. Peristiwa ini menghasilkan tekanan yang sangat besar dan mengakibatkan bagian luar bintang dilontarkan dengan cepat. Inilah yang disebut dengan supernova.

Apa yang terjadi setelah supernova bergantung pada massa bagian inti bintang yang tadi terbentuk. Apabila di bawah 5 massa Matahari (batas massa Schwarzchild), supernova menyisakan bintang neutron. Disebut demikian karena partikel dalam bintang ini hanya neutron. Bintang neutron biasanya terdeteksi sebagai pulsar (pulsating radio source, sumber gelombang radio yang berputar). Pulsar adalah bintang yang berputar dengan sangat cepat, periodenya hanya dalam orde detik. Putarannya itulah yang menyebabkan pulsasi pancaran gelombang radionya.

Diagram evolusi berbagai bintang (Sumber: Chandra Harvard) 
Di atas 5 massa Matahari, gaya gravitasi di inti bintang begitu besarnya sehingga dirinya runtuh dan kecepatan lepas partikelnya melebihi kecepatan cahaya. Objek seperti ini disebut dengan lubang hitam. Tidak ada objek yang sanggup lepas dari pengaruh gravitasinya, termasuk cahaya sekalipun. Makanya benda ini disebut lubang hitam, karena tidak memancarkan gelombang elektromagnetik. Satu-satunya cara untuk mendeteksi keberadaan lubang hitam adalah dari interaksi gravitasinya dengan benda-benda di sekitarnya. Pusat galaksi kita adalah salah satu lokasi ditemukannya lubang hitam. Kesimpulan ini diambil karena bintang-bintang di pusat galaksi bergerak dengan sangat cepat, dan kecepatannya itu hanya bisa ditimbulkan oleh gaya gravitasi yang sangat kuat, yaitu oleh sebuah lubang hitam.

Hingga saat ini, pengamatan terhadap bintang-bintang masih terus dilakukan. Teori evolusi bintang di atas bisa saja berubah kalau ada bukti-bukti baru. Tidak ada yang kekal dalam sains, dan tidak ada kebenaran mutlak. Apa yang menjadi kebenaran saat ini bisa saja terbantahkan di kemudian hari. Itulah uniknya sains: dinamis.

Sumber

Galaksi Bimasakti

Terdapat banyak bintang, nebula, dan gugus bintang yang bisa diamati di langit setiap malamnya. Semua objek tersebut berada di dalam galaksi kita. Di beberapa bagian bintang nampak padat sehingga ketika langit cerah, bersih dari awan, dan kondisi sekitar yang gelap, kita bisa melihat pita berwarna putih yang memanjang dan melintasi beberapa rasi seperti Sagittarius (arah pusat Galaksi), Scorpius, Ophiucus, Aquila, Cassiopeia, Auriga, Crux, dan Centaurus. Sementara di bagian yang lain tampak celah-celah gelap yang menunjukkan adanya materi antar bintang yang tebal. Itulah (bidang) galaksi yang kita tinggali. Bentuknya yang seperti itu kemudian menginspirasi orang untuk menamakannya dengan sebutan Milky Way. Kata galaksi dan milky way itu sendiri diadaptasi dari bahasa Yunani “galaxias” dan Latin “via lactea” dengan kata dasar lactea yang berarti susu. Sedangkan menurut orang Indonesia, galaksi kita diberi nama Bimasakti. Menurut salah satu sumber dari Observatorium Bosscha, sejarah penamaan ini berasal ketika Presiden RI pertama, Soekarno, ditunjukkan citra galaksi oleh salah seorang astronom Indonesia. Ternyata, Soekarno melihat salah satu bagian gelap di foto tersebut menyerupai tokoh Bima Sakti. Namun tidak diketahui bagian gelap mana yang dimaksud.

Galaksi Bimasakti dilihat dari Bumi (Sumber: eso.org)
Galaksi adalah tempat berkumpulnya bintang-bintang di alam semesta. Hampir tidak ditemukan adanya bintang yang berkelana sendiri di ruang antar galaksi. Dan Matahari termasuk di antara 200 milyar bintang di Galaksi Bimasakti (disingkat dengan Galaksi). Dengan asumsi bahwa rata-rata massa bintang di Galaksi adalah sebesar massa Matahari, maka massa Galaksi dapat mencapai 2 x 10^11 massa Matahari (massa Matahari adalah 2 x 10^30 kg).

Bentuk galaksi Bimasakti seperti dua buah piring cekung yang ditangkupkan, bagian tengahnya tebal dan semakin pipih ke arah tepi, dan terdapat lengan-lengan spiral di dalamnya. Oleh karena itu Galaksi kita digolongkan ke dalam galaksi spiral. Berdasarkan klasifikasi galaksi Hubble, galaksi Bimasakti termasuk dalam kelas SBbc. Artinya, Galaksi kita adalah galaksi spiral yang memiliki “bar” atau palang di bagian pusatnya, dengan kecerlangan bagian pusat yang relatif sama dengan bagian piringan, dan memiliki struktur lengan spiral yang agak renggang di bagian piringannya.

Gambaran Galaksi Bimasakti terbaru (Sumber: NASA/JPL-Caltech) 
Jika melihat gambar di atas, mungkin kita akan berpikir bagaimana bisa kita tahu bentuk galaksi kita sendiri sementara kita berada di dalamnya. Caranya adalah dengan perhitungan jarak yang akurat terhadap semua komponen penyusun Galaksi yang dapat kita amati, yaitu bintang-bintang dan bermacam gas dan debu. Dengan mengetahui jaraknya, kita dapat membuat semacam denah Galaksi kita sendiri. Kalau dianalogikan, anggaplah kita berada di sebuah lapangan luas dengan banyak manusia yang tersebar secara acak. Apabila kita punya pengetahuan tentang jarak kita ke setiap orang itu, kita akan dapat membuat plot jarak secara radial. Hasilnya adalah peta sebaran orang-orang tersebut. Karena itulah, kita tidak perlu pergi keluar Galaksi kita untuk melihat bentuknya.

Galaksi spiral tersusun atas 3 bagian utama, yaitu bagian bulge, halo, dan piringan. Ketiganya memiliki bentuk, ukuran, dan objek penyusun yang berbeda-beda. Bahkan, bagian bulge dan piringan menjadi penentu dalam klasifikasi galaksi yang dibuat oleh Hubble (diagram garpu tala).

Bagian bulge adalah daerah di galaksi yang kepadatan bintangnya paling tinggi. Bintang-bintang tua lebih banyak ditemukan daripada bintang muda, karena sangat sedikit materi pembentuk bintang yang terdapat di sini. Bulge ini berbentuk elipsoid seperti bola rugby. Bintang-bintang di dalamnya bergerak dengan kecepatan tinggi dan orbit yang acak, tidak sebidang dengan bidang galaksi. Dari perhitungan kecepatan orbit bintang-bintang di dalamnya, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat sebuah benda bermassa sangat besar yang berada di pusat Galaksi yang jauh lebih besar daripada perkiraan sebelumnya. Benda tersebut diyakini adalah sebuah lubang hitam supermasif, yang diperkirakan terdapat di bagian pusat semua galaksi spiral. Termasuk juga di galaksi Andromeda, galaksi spiral terdekat dari Galaksi kita.

Komponen kedua adalah halo. Berbentuk bola, ukuran komponen ini sangat besar hingga jauh membentang melingkupi bulge dan piringan, bahkan mungkin lebih jauh daripada batas terluar piringan galaksi yang bisa kita amati. Objek yang menjadi penyusun halo dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stellar halo dan dark halo. Yang dimaksud dengan stellar halo adalah bintang-bintang yang berada di bagian halo. Namun hanya sedikit ditemukan bintang individu di bagian ini. Yang lebih dominan adalah kelompok bintang-bintang tua yang jumlah bintang anggotanya mencapai jutaan buah, yang disebut dengan gugus bola (globular cluster).

Di bagian piringan terdapat bintang-bintang muda serta gas dan debu antar bintang yang terletak di lengan spiral. Banyak ditemukannya bintang muda dan gas antar bintang sangat berkaitan erat, karena gas adalah materi utama pembentuk bintang. Di beberapa lokasi bahkan ditemukan bintang-bintang muda yang masih diselimuti gas, yang menandakan bahwa bintang-bintang tersebut baru terbentuk. Sedangkan banyaknya debu di piringan membuat pengamat di Bumi kesulitan untuk melakukan pengamatan visual di sekitar bidang Galaksi, terutama ke arah pusat Galaksi (lihat gambar di atas). Karenanya, pengamatan di sekitar bidang Galaksi akan memberikan hasil yang lebih baik jika dilakukan di daerah panjang gelombang radio dan infra merah yang tidak terpengaruh oleh debu antar bintang (lihat gambar di bawah).

Galaksi Bimasakti dalam panjang gelombang infra merah dekat (Sumber: NASA-LAMBDA) 
Seberapa besar Galaksi kita? Di bagian pusat Galaksi, bulge hanya memiliki diameter 6 kpc dan tebal 4 kpc (kpc = kiloparsek, 1 parsek = 3,26 tahun cahaya = 206265 SA = 3,086 x 10^13 km). Jarak dari pusat hingga ke bagian tepi Galaksi (jari-jari) adalah 15 kpc dengan ketebalan rata-rata sebesar 300 pc. Sedangkan Matahari berada pada jarak 8 kpc dari pusat. Di posisi itu, Matahari sedang bergerak mengelilingi pusat Galaksi dengan bentuk orbit yang hampir melingkar. Laju orbitnya adalah sekitar 250 km/detik sehingga matahari memerlukan waktu 220 juta tahun untuk berkeliling satu kali. Jika umur matahari adalah 4,6 milyar tahun, berarti tata surya kita sudah mengorbit pusat Galaksi sebanyak 20 kali.

Galaksi kita sebenarnya berada pada sebuah kelompok galaksi yang disebut dengan Grup Lokal, yang ukurannya mencapai 1 MPc dan beranggotakan lebih dari 30 galaksi. Galaksi spiral yang ada di kelompok ini hanya tiga, yaitu Bimasakti, Andromeda, dan Triangulum. Sisanya adalah galaksi yang lebih kecil dengan bentuk elips atau tak beraturan. Grup Lokal ini termasuk kelompok galaksi yang dinamis. Maksudnya adalah bahwa galaksi-galaksi di kelompok ini mengalami interaksi gravitasi, termasuk Galaksi kita dengan galaksi Andromeda. Interaksi tersebut diperkirakan akan mengakibatkan terjadinya tabrakan antara Galaksi kita dengan Andromeda dan kemudian membentuk galaksi elips. Namun tidaklah perlu untuk terlalu khawatir karena peristiwa tersebut baru akan terjadi 2 milyar tahun lagi

Sumber

Supernova dalam Selubung Debu

Bintang, sama seperti manusia punya perjalanan hidup dan suatu hari dia akan mengakhiri kehidupannya itu dengan berbagai cara bergantung pada massanya. Bagi bintang-bintang raksasa mereka akan mengakhiri siklus hidupnya dalam ledakan supernova. Tapi, bintang yang satu ini agak berbeda.
Supernova yang berada dalam selubung debu. Kredit : Ohio State University 
Bintang raksasa yang berada di galaksi jauh ini baru saja mengakhiri hidupnya dalam selubung debu dan bukannya sebuah ledakan yang biasanya terjadi. Kejadian aneh yang diamati para peneliti dari Ohio State University ini pun tampaknya kejadian pertama untuk tipe akhir hidup dalam selubung debu. Tapi, bukan berarti kejadian tersebut langka atau aneh, karena tampaknya pola mengakhiri siklus hidup seperti ini umum pada masa awal alam semesta. Bahkan kejadian tersebut juga memberi petunjuk akan apa yang bisa kita lihat jika bintang yang sangat terang di galaksi menjadi supernova.

Survei AGN
Sebagai bagian dari Spitzer Space Telescope Deep Wide Field Survey, para astronom mensurvei data untuk mencari active galactic nuclei (AGN), lubang hitam supermasif yang berada di pusat galaksi. AGN ini biasanya memancarkan sejumlah besar panas saat ada materi yang terhisap ke dalam lubang hitam. Pada umumnya, astronom akan mencari bintik panas yang bervariasi temperaturnya karena bintik inilah yang dapat menjadi bukti perubahan yang terjadi ketika materi terhisap dalam lubang hitam.

Normalnya, dalam pencarian seperti ini para astronom tidak akan mengharapkan menemukan supernova karena biasanya supernova melepaskan sebagian besar energinya sebagai cahaya bukannya panas.

Akan tetapi saat mencari lubang hitam, ada satu bintik yang sangat panas, tampak pada galaksi yang jaraknya 3 milyar tahun cahaya dari Bumi. Yang menarik, bintik ini tidak cocok dengan tipe sinyal panas dari AGN. Spektrum cahaya yang tampak dari galaksi juga tidak menunjukkan keberadaan AGN, setelah para peneliti melakukan konfirmasi akan fakta yang didapat dengan menggunakan teleskop Keck 10 meter di Hawaii.

Obyek itu, supernova
Panas yang sangat besar tersuar dari obyek tersebut lebih dari 6 bulan dan kemudian meredup di awal Maret 2008. Petunjuk lain untuk keberadaan sebuah obyek yang dikenal sebagai supernova. Selama lebih dari 6 bulan obyek ini melepaskan energi yang jauh lebih besar dari energi yang bisa dihasilkan Matahari di sepanjang hidupnya.

Para astronom juga mengetahui jika sumber panas itu merupakan supernova, maka dari jumlah energi yang ekstrim yang ia pancarkan akan mengklasifikasikan obyek baru ini sebagai supernova yang besar atau sebuah hipernova. Temperatur obyek tersebut berkisar pada 1000 K sedikit lebih panas dari permukaan planet Venus. Nah ini memang sedikit aneh. Ada apa di obyek baru tersebut yang bisa menyerap energi cahaya yang demikian besar dan menghamburkannya sebagai panas?

Jawabannya adalah debu dan jumlahnya sangat besar.

Bintang apakah itu?
Sekarang, saatnya para astronom bekerja untuk menelusuri kembali jenis bintang apakah yang bisa menghasilkan supernova dan bagaimana debu bisa meredam sebagian ledakan. Mereka pun melakukan perhitungan dan menemukan kalau bintang tersebut merupakan bintang raksasa yang setidaknya memiliki massa 50 kali lebih masif dari Matahari. Bintang masif seperti ini biasanya melontarkan debu saat mereka mendekati akhir kehidupannya.

Hasil perhitungan menunjukkan, bintang seperti ini akan memiliki 2 kali lontaran. Lontaran pertama terjadi sekitar 300 tahun sebelum supernova dan lontaran kedua terjadi sekitar 4 tahun sebelum ledakan. Gas dan debu dari kedua lontaran ini akan tetap berada disekitar bintang dan kemudian secara perlahan masing – masing mengembang menjadi cangkang yang menyelubungi bintang. Selubung bagian dalam merupakan gas dan debu yang berasal dari lontaran kedua 4 tahun sebelumnya akan berada sangat dekat dengan bintang, sedangkan selubung terluar yang berasal dari 300 tahun lalu akan berada lebih jauh dari bintang.

Selubung terluar dari debu ini hampir tak tembus cahaya, sehingga ia akan menyerap energi cahaya yang melewati cangkang bagian dalam dan mengubahnya menjadi panas. Inilah yang menyebabkan supernova ini muncul di survei Spitzer sebagai awan debu panas. Bahkan menurut Krzysztof Stanek, profesor astronomi di Ohio State, bintang mungkin lebih sering tersedak dalam debunya sendiri di masa lalu.

Peristiwa seperti ini tampaknya jauh lebih sering terjadi pada galaksi kecil dengan tingkat kandungan logam yang rendah. Atau dengan kata lain, galaksi tersebut merupakan galaksi muda dimana kala waktu keberadaannya masih belum cukup bagi bintang memiliki reaksi fusi yang mengubah hidrogen dan helium menjadi senyawa kompleks yang oleh para astronom diklasifikasi sebagai logam.

Peluang melihat Supernova dalam Selubung di masa depan

Eta Carinae sistem bintang dengan 
kecerlangan 4 juta kali Matahari. 
kredit: Nathan Smith (University of California, Berkeley), NASA
Di masa depan, dalam Wide-field Infrared Explorer (WISE), yang sudah diluncurkan NASA pada bulan Desember 2009, supernova tipe ini akan semakin banyak ditemukan. Bahkan diharapkan WISE akan dapat melihat setidaknya 100 tipe supernova seperti ini dalam 2 tahun. Akan tetapi, posisi Bumi dan Matahari (Tata Surya) yang segaris dengan galaksi tersebut, para astronom tidak akan bisa melihat peristiwa tersebut dengan mata telanjang saat ia terjadi. Para pengamat dari Bumi baru akan dapat melihatnya saat si bintang bersinar terang sekitar 1 dekade dari sekarang. Pada jangka waktu 1 dekade itulah gelombang kejut dari bintang yang meledak akan mencapai selubung debu bagian dalam dan menembusnya menuju selubung bagua luar. Pada saat itulah, pengamat di Bumi punya sesuatu yang dapat diamati.

Para pengamat juga setidaknya punya satu kesempatan untuk melihat cahaya serupa yang lebih dekat dengan Bumi. Jika Eta Carina menjadi supernova saat ini, maka peristiwa yang serupa diperkirakan akan terjadi. Eta Carina merupakan sistem bintang yang berada di Bima Sakti yang terdiri dari dua bintang Wolf Rayet pada jarak 7500 – 8000 tahun cahaya. Kedua bintang tersebut diselubungi cangkang debu Nebula Homunculus. Para astronom meyakini nebula tersebut terbentuk saat bintang terbesa dari kedua bintang itu mengalami letusan masif di tahun 1840 dan diperkirakan akan ada letusan kedua yang terjadi di masa depan.

Bintang dan Rahasianya

Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).

Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah:
“ Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. ”

Oleh sebab itu bintang katai putih dan bintang neutron yang sudah tidak memancarkan cahaya atau energi tetap disebut sebagai bintang. Bintang terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar 149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Centaurus berjarak sekitar empat tahun cahaya.

Sejarah Pengamatan
Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang digunakan dalam praktik-praktik keagamaan, dalamnavigasi, dan bercocok tanam. Kalender Gregorian, yang digunakan hampir di semua bagian dunia, adalah kalender Matahari, mendasarkan diri pada posisi Bumi relatif terhadap bintang terdekat, Matahari.

Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali ‘bintang-bintang baru’ di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit tidaklah kekal. Pada 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah Matahari-matahari lain, dan mungkin saja memiliki planet-planet seperti Bumi di dalam orbitnya, ide yang telah diusulkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan Epicurus. Pada abad berikutnya, ide bahwa bintang adalah Matahari yang jauh mencapai konsensus di antara para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak memberikan tarikan gravitasi pada tata surya, Isaac Newton mengusulkan bahwa bintang-bintang terdistribusi secara merata di seluruh langit, sebuah ide yang berasal dari teolog Richard Bentley.

Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas pada bintang Algol pada 1667. Edmond Halleymenerbitkan pengukuran pertama gerak diri dari sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa mereka berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan Hipparchus. Pengukuran langsung jarak bintang 61 Cygni dilakukan pada 1838 olehFriedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.

William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan distribusi bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600 daerah langit berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang bertambah secara tetap ke suatu arah langit, yakni pusat galaksi Bima Sakti. Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di hemisfer langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama. Selain itu William Herschel juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang bukanlah bintang-bintang yang secara kebetulan berada dalam satu arah garis pandang, melainkan mereka memang secara fisik berpasangan membentuk sistem bintang ganda.
Radiasi
Tenaga yang dihasilkan oleh bintang, sebagai hasil samping dari reaksi fusi nuklear, dipancarkan ke luar angkasa sebagai radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi partikel yang dipancarkan bintang dimanifestasikan sebagai angin bintang (yang berwujud sebagai pancaran tetap partikel-partikel bermuatan listrik seperti proton bebas, partikel alpha dan partikel beta yang berasal dari bagian terluar bintang) dan pancaran tetap neutrino yang berasal dari inti bintang.

Hampir semua informasi yang kita miliki mengenai bintang yang lebih jauh dari Matahari diturunkan dari pengamatan radiasi elektromagnetiknya, yang terentang dari panjang gelombang radio hingga sinar gamma. Namun tidak semua rentang panjang gelombang tersebut dapat diterima oleh teleskop landas Bumi. Hanya gelombang radio dan gelombang cahaya yang dapat diteruskan oleh atmosfer Bumi dan menciptakan ‘jendela radio’ dan ‘jendela optik’. Teleskop-teleskop luar angkasa telah diluncurkan untuk mengamati bintang-bintang pada panjang gelombang lain.

Banyaknya radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh bintang dipengaruhi terutama oleh luas permukaan, suhu dan komposisikimia dari bagian luar (fotosfer) bintang tersebut. Pada akhirnya kita dapat menduga kondisi di bagian dalam bintang, karena apa yang terjadi di permukaan pastilah sangat dipengaruhi oleh bagian yang lebih dalam.

Dengan menelaah spektrum bintang, astronom dapat menentukan temperatur permukaan, gravitasi permukaan, metalisitas, dankecepatan rotasi dari sebuah bintang. Jika jarak bisa ditentukan, misal dengan metode paralaks, maka luminositas bintang dapat diturunkan. Massa, radius, gravitasi permukaan, dan periode rotasi kemudian dapat diperkirakan dari pemodelan. Massa bintang dapat juga diukur secara langsung untuk bintang-bintang yang berada dalam sistem bintang ganda atau melalui metode mikrolensing. Pada akhirnya astronom dapat memperkirakan umur sebuah bintang dari parameter-parameter di atas.
Fluks pancaran
Kuantitas yang pertama kali langsung dapat ditentukan dari pengamatan sebuah bintang adalah fluks pancarannya, yaitu jumlahcahaya atau tenaga yang diterima permukaan kolektor (mata atau teleskop) per satuan luas per satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan watt per cm2 (satuan internasional) atau erg per detik per cm2 (satuan cgs).
Luminositas
Di dalam astronomi, luminositas adalah jumlah cahaya atau energi yang dipancarkan oleh sebuah bintang ke segala arah per satuan waktu. Biasanya satuan luminositas dinyatakan dalam watt (satuan internasional), erg per detik (satuan cgs) atau luminositas Matahari. Dengan menganggap bahwa bintang adalah sebuah benda hitam sempurna, maka luminositasnya adalah,

dimana L adalah luminositas, σ adalah tetapan Stefan-Boltzmann, R adalah jari-jari bintang dan Te adalah temperatur efektif bintang.

Jika jarak bintang dapat diketahui, misalnya dengan menggunakan metode paralaks, luminositas sebuah bintang dapat ditentukan melalui hubungan

dengan E adalah fluks pancaran, L adalah luminositas dan d adalah jarak bintang ke pengamat.

Magnitudo
Secara tradisi kecerahan bintang dinyatakan dalam satuan magnitudo. Kecerahan bintang yang kita amati, baik menggunakan mata bugil maupun teleskop, dinyatakan oleh magnitudo tampak (m) atau magnitudo semu. Secara tradisi magnitudo semu bintang yang dapat dilihat oleh mata bugil dibagi dari 1 hingga 6, di mana satu ialah bintang paling cerah, dan 6 sebagai bintang paling redup. Terdapat juga kecerahan yang diukur secara mutlak, yang menyatakan kecerahan bintang sebenarnya. Kecerahan ini dikenal sebagaimagnitudo mutlak (M), dan terentang antara +26.0 sampai -26.5. Magnitudo adalah besaran lain dalam menyatakan fluks pancaran, yang terhubungkan melalui persamaan,

dimana m adalah magnitudo semu dan E adalah fluks pancaran.
Satuan pengukuran
Kebanyakan parameter-parameter bintang dinyatakan dalam satuan SI, tetapi satuan cgs kadang-kadang digunakan (misalnya luminositas dinyatakan dalam satuan erg per detik). Penggunaan satuan cgs lebih bersifat tradisi daripada sebuah konvensi. Seringkali pula massa, luminositas dan jari-jari bintang dinyatakan dalam satuan Matahari, mengingat Matahari adalah bintang yang paling banyak dipelajari dan diketahui parameter-parameter fisisnya. Untuk Matahari, parameter-parameter berikut diketahui:
massa Matahari: kg
luminositas Matahari: watt
radius Matahari: m


Skala panjang seperti setengah sumbu besar dari sebuah orbit sistem bintang ganda seringkali dinyatakan dalam satuan astronomi(AU = astronomical unit), yaitu jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari.

Klasifikasi
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan suhu, warna dan komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh Observatorium Universitas Harvard danAnnie Jump Cannon pada tahun 1920an dan dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard. Untuk mengingat urutan penggolongan ini biasanya digunakan kalimat "Oh Be A Fine Girl Kiss Me". Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik memungkinkan penggolongan ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah bilangan (0 hingga 9) yang mengikuti huruf. Sudah menjadi kebiasaan untuk menyebut bintang-bintang di awal urutan sebagai bintang tipe awal dan yang di akhir urutan sebagai bintang tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe lebih awal daripada F5, dan K0 lebih awal daripada K5

Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman dari Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian berdasarkan kuat cahaya atau luminositas, yang seringkali merujuk pada ukurannya. Pengklasifikasian tersebut dikenal sebagai sistem klasifikasi Yerkes dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas berikut :
  • 0 Maha maha raksasa
  • I Maharaksasa
  • II Raksasa-raksasa terang
  • III Raksasa
  • IV Sub-raksasa
  • V deret utama (katai)
  • VI sub-katai
  • VII katai putih

Umumnya kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem pengklasifikasian di atas. Matahari kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V, berwarna kuning, bersuhu dan berukuran sedang.

Diagram Hertzsprung-Russell adalah diagram hubungan antara luminositas dan kelas spektrum (suhu permukaan) bintang. Diagram ini adalah diagram paling penting bagi para astronom dalam usaha mempelajari evolusi bintang.

Penampakan dan Distribusi
Karena jaraknya yang sangat jauh, semua bintang (kecuali Matahari) hanya tampak sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfer Bumi. Diameter sudut bintang bernilai sangat kecil ketika diamati menggunakan teleskop optik landas Bumi, hingga diperlukan teleskop interferometer untuk dapat memperoleh citranya. Bintang dengan ukuran diameter sudut terbesar setelah Matahari adalah R Doradus, dengan 0,057 detik busur.
Sebuah katai putih yang sedang mengorbitSirius (konsep artis). citra NASA. 
Telah lama dikira bahwa kebanyakan bintang berada pada sistem bintang ganda atau sistem multi bintang. Kenyataan ini hanya benar untuk bintang-bintang masif kelas O dan B, dimana 80% populasinya dipercaya berada dalam suatu sistem bintang ganda atau pun multi bintang. Semakin redup bintang, semakin besar kemungkinannya dijumpai sebagai sistem tunggal. Dijumpai hanya 25% populasi katai merah yang berada dalam sebuah sistem bintang ganda atau sistem multi bintang. Karena 85% populasi bintang di galaksi Bimasakti adalah katai merah, maka tampaknya kebanyakan bintang di dalam Bimasakti berada pada sistem bintang tunggal.

Sistem yang lebih besar yang disebut gugus bintang juga dijumpai. Bintang-bintang tidak tersebar secara merata mengisi seluruh ruang alam semesta, tetapi terkelompokkan ke dalam galaksi-galaksi bersama-sama dengan gas antarbintang dan debu. Sebuah galasi tipikal mengandung ratusan miliar bintang, dan terdapat lebih dari 100 miliar galaksi di seluruh alam semesta teramati.

Astronom memperkirakan terdapat 70 sekstiliun (7×1022) bintang di seluruh alam semesta yang teramati. Ini berarti 70 000 000 000 000 000 000 000 bintang, atau 230 miliar kali banyaknya bintang di galaksi Bimasakti yang berjumlah sekitar 300 miliar.

Bintang terdekat dengan Matahari adalah Proxima Centauri, berjarak 39.9 triliun (1012) kilometer, atau 4.2 tahun cahaya. Cahaya dari Proxima Centauri memakan waktu 4.2 tahun untuk mencapai Bumi. Jarak ini adalah jarak antar bintang tipikal di dalam sebuah piringan galaksi. Bintang-bintang dapat berada pada jarak yang lebih dekat satu sama lain di daerah sekitar pusat galasi dan di dalam gugus bola, atau pada jarak yang lebih jauh di halo galaksi.

Karena kerapatan yang rendah di dalam sebuah galaksi, tumbukan antar bintang jarang terjadi. Namun di daerah yang sangat padat seperti di inti sebuah gugus bintang atau lingkungan sekitar pusat galaksi, tumbukan dapat sering terjadi . Tumbukan seperti ini dapat menghasilkan pengembara-pengembara biru yaitu sebuah bintang abnormal hasil penggabungan yang memiliki temperatur permukaan yang lebih tinggi dibandingkan bintang deret utama lainnya di sebuah gugus bintang dengan luminositas yang sama. Istilah pengembara merujuk pada jejak evolusi yang berbeda dengan bintang normal lainnya pada diagram Hertzsprung-Russel.

Evolusi
Struktur, evolusi, dan nasib akhir sebuah bintang sangat dipengaruhi oleh massanya. Selain itu, komposisi kimia juga ikut mengambil peran dalam skala yang lebih kecil.

Terbentuknya bintang
Bintang terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium antarbintang yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih kurang rapat jika dibandingkan dengan sebuah vacuum chamber yang ada di Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri darihidrogen dengan sekitar 23–28% helium dan beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen dalam awan ini tidak banyak berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat awal alam semesta.

Gravitasi mengambil peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang. Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul yang dapat memiliki massa ribuan kali Matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang kejut dari supernova atau tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah mencapai kerapatan materi yang cukup memenuhi syarat terjadinya instabilitas Jeans, awan tersebut mulai runtuh di bawah gaya gravitasinya sendiri.

Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri, melainkan dalam kelompok yang berasal dari suatu keruntuhan di suatu awan molekul yang besar, kemudian terpecah menjadi konglomerasi individual. Hal ini didukung oleh pengamatan dimana banyak bintang berusia sama tergabung dalam gugus atau asosiasi bintang.

Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi individual dari debu dan gas yang padat yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat memiliki massa hingga 50 kali Matahari. Runtuhnya globula membuat bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi gravitasi diubah menjadi energi panas sehingga temperatur meningkat. Ketika awan protobintang ini mencapai kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terbentuk di intinya. Bintang pra deret utama ini seringkali dikelilingi oleh piringan protoplanet. Pengerutan atau keruntuhan awan molekul ini memakan waktu hingga puluhan juta tahun. Ketika peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran 10 juta kelvin, hidrogen di inti 'terbakar' menjadi helium dalam suatu reaksi termonuklir. Reaksi nuklir di dalam inti bintang menyuplai cukup energi untuk mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses pengerutan berhenti. Protobintang kini memulai kehidupan baru sebagai bintang deret utama.

Deret Utama
Bintang menghabiskan sekitar 90% umurnya untuk membakar hidrogen dalam reaksi fusi yang menghasilkan helium dengan temperatur dan tekanan yang sangat tinggi di intinya. Pada fase ini bintang dikatakan berada dalam deret utama dan disebut sebagai bintang katai.

Akhir sebuah bintang
Ketika kandungan hidrogen di teras bintang habis, teras bintang mengecil dan membebaskan banyak panas dan memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar bintang yang masih banyak hidrogen mengembang dan bertukar warna merah dan disebut bintang raksaksa merah yang dapat mencapai 100 kali ukuran Matahari sebelum membentuk bintang kerdil putih. Sekiranya bintang tersebut berukuran lebih besar dari matahari, bintang tersebut akan membentuk superraksaksa merah. Superraksaksa merah ini kemudiannya membentukNova atau Supernova dan kemudiannya membentuk bintang neutron atau Lubang hitam.

Sumber

Monday, September 24, 2012

Apa itu "Quasar"?


Quasar. Kredit : ESA
Sudah diketahui secara umum kalau di pusat galaksi hampir semua galaksi ada sebuah lubang hitam bermassa besar yang sangat kuat. Tapi ternyata di beberapa galaksi, daerah pusatnya sangat terang, melebihi bagian lain dari galaksi itu. Inti yang sangat terang ini disebut sebagai inti galaksi aktif ( active galactic nuclei / AGN). Inti galaksi aktif biasanya ditemukan di pusat galaksi dimana lubang hitam bermassa super besar berada. Karena lubang hitam inilah yang jadi pembangkit energi bagi inti galaksi aktif.

Quasar atau quasi stellar radio source merupakan inti galaksi aktif yang berada jauh dan merupakan obyek yang sangat terang, sangat energetik dan sangat kuat. Obyek ini memancarkan energi yang sangat besar. Kalau dilihat di teleskop, quasar akan tampak seperti sebuah titik yang mirip dengan bintang. Tapi ternyata titik itu bukan sebuah bintang melainkan sebuah inti galaksi yang sangat terang yang berada jauh dari kita. Dari mana kita tahu quasar ini berada sangat jauh?

Hasil pengamatan menunjukkan kalau quasar memiliki pergeseran merah yang besar sebagai efek dari memuainya alam semesta. Yang artinya jarak antara Bumi dan quasar itu akan semakin bertambah seiring dengan semakin besarnya pergeseran merah si quasar.

Quasar ditenagai oleh lubang hitam bermassa sangat besar di pusat galaksi yang mengakresi materi yang mampat di sekitarnya dan memancarkan energi gravitasi yang sangat besar. Lubang hitam itu selalu melahap materi yang ada di sekelilinginya untuk masuk ke dalam dirinya. Seperti raksasa yang lahap memakan apapun yang ada di sekelilingnya.

Ketika lubang hitam mengakresi materi di sekitarnya, materi-materi tersebut berputar semakin cepat dan mulai memanas. Semua partikel saling bergesekan sehingga melepaskan sejumlah besar cahaya dan juga radiasi sinar X. Nah ketika materi ini kemudian dilahap oleh si lubang hitam, maka bagian kutub utara dan selatan lubang hitam akan melepaskan energi yang sangat besar yang oleh astronom disebut sebagai jet kosmik. Pernah liat pesawat jet melesat di udara? Sangat cepat dan menyisakan sebaris jejak di angkasa kan? Kira-kira seperti itulah jet kosmik. Energi yang dilepaskan melesat sangat cepat dan energinya pun sangat kuat.

Quasar sendiri tidak selalu berasal dari penggabungan galaksi, karena memang ia bukan hasil dari gabungan dua galaksi. Quasar bisa berada di galaksi apa saja yang lubang hitamnya bisa membangkitkan quasar di dalamnya. Tapi ketika dua buah galaksi bergabung, lubang hitam super masif di dalamnya memang akan membentuk quasar. Karena lubang hitam adalah pembangkit energi bagi inti galaksi aktif.

Jika quasarnya terbentuk setelah penggabungan dua galaksi itu dari galaksi galaksi apa? Nah, ini bisa dari galaksi apa saja karena semua galaksi yang punya lubang hitam dengan massa super besar bisa menghasilkan quasar. Diperkirakan ketika Bimasakti dan Andromeda bergabung kelak juga akan membentuk quasar.


Sunday, September 23, 2012

Siapa Sebenarnya Alien dan UFO?

Dalam mempelajari masalah UFO, saya sebenarnya lebih suka menekankan pada unsur “Siapa di balik UFO itu” bukan “Apa UFO itu”. Tentu kalau menjawab apakah UFO itu, bisa dijawab dengan lebih mudah, yaitu merupakan suatu obyek terbang yang tak dikenal (bila ada obyek tak dikenal di laut dinamakan USO).

Berbicara masalah “Siapa di balik UFO” tentunya kita akan membicarakan apa yang dinamakan “alien”. Alien jelas merupakan makhluk asing dan non human. Banyak pertanyaan yang diajukan tentang masalah alien (UFO) ini, misalnya:

1. Dari manakah datangnya mereka?
2. Ada alien jenis apa saja?
3. Apakah mereka itu baik atau buruk?
4. Mengapa mereka sering menculik manusia?
5. Apa tujuan mereka terhadap manusia?
6. Adakah kaitan alien dengan sejarah manusia?
7. Bagaimana para nabi menubuatkan masalah alien ini?
8. Adakah hubungan alien (UFO) dengan nubuat tentang akhir jaman?

Membahas soal UFO atau alien ini tidak mudah. Mengapa sulit? Karena obyek/subyek yang diteliti tidaklah ada di depan kita dan kita tidak bisa memintanya datang sesuka kita. Laporan-laporan penampakan UFO atau perjumpaan manusia dengan alien, juga masih sering diragukan. Bahkan peristiwa jatuhnya UFO di Roswell tahun 1947 di mana ada 4 alien (2 mati, 1 lari kemudian ditembak oleh seorang tentara yang tegang, dan satu lagi sekarat dan akhirnya mati di rumah sakit) yang di autopsi oleh pihak militer (AU) AS. Namun semuanya itu ditutupi dan dianggap tidak ada. Laporan resmi dari pihak pemerintah hanyalah sebuah balon percobaan AS yang bernama Skyhook. Tapi masyarakat umum tidak mudah begitu saja percaya dan kemudian lahirlah teori “Alien conspiracy”.

Indonesia termasuk cukup sering dilewati UFO, banyak laporan yang terdata dan ada juga kasus orang Indonesia yang diculik UFO. Namun tentu saja kembali ke pertanyaan, apakah itu semua bisa dipercaya? Laporan memang bisa dikarang, foto memang bisa direkayasa, bukti apapun bisa dibuat. Bagi orang yang percaya, sedikit bukti sudah cukup. Bagi orang yang skeptik, dia butuh bukti yang benar-benar ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan. Bagi orang yang fanatik anti, bukti sebagai manapun banyaknya tak akan mengubah sikapnya.

Dari kesulitan yang ada, nampaknya mempelajari UFO banyak kendalanya. Tak ada satupun buku yang bisa dianggap ilmiah dan telah diuji kebenarannya. Di sisi lain, belum ada satu pihak pemimpin agama yang menyatakan pendapatnya tentang UFO/alien. Walau tahun 1979 pihak PBB pernah membahas secara serius masalah UFO, namun hal itu tidak mempunyai kelanjutan yang serius. Dunia lebih sibuk dengan peperangan, masalah politik, penyakit dan krisis ekonomi,
ketimbang mempelajari tamu yang datang ke dunia kita ini…

Dengan kendala sumber-sumber data untuk mempelajari UFO/alien ini, maka dalam mempelajari keberadaan UFO di masa lalu, peneliti UFO menggunakan referensi dari kitab-kitab kuno, prasasti, hieroglyph, termasuk juga kitab-kitab suci. Salah satu peneliti yang terkenal adalah Erich von Däniken. Teori Däniken adalah nenek moyang kita dulunya pernah didatangi oleh makhluk cerdas dari luar angkasa yang dianggap dewa oleh manusia.

Masalahnya, menggunakan data-data yang bersumber dari kitab-kitab kuno, mitologi dan juga kitab suci, tidak akan bisa diterima oleh kalangan yang spektis. Namun, saya ingin mengajukan berbagai data yang telah saya kumpulkan, baik berupa cerita dari pengalaman seseorang yang
melihat UFO atau alien, maupun dari berbagai informasi lain, termasuk kitab-kitab suci.

Saya akan coba jawab satu per satu pertanyaan tentang alien.

Dari manakah datangnya mereka?

Di sini saya selalu menuliskan makhluk UFO sebagai “alien” bukan “ET atau ETI”. Mengapa? Karena ET merupakan kependekan dari Extra Terrestrial Inteligence, yaitu makhluk cerdas dari luar bumi. Dengan memakai istilah alien”, saya tidak menutup kemungkinan bahwa mereka datang dari bumi atau dimensi lain.

Beberapa kemungkinan jawaban atas pertanyaan di atas adalah:

a. Dari luar angkasa
b. Dari masa depan
c. Dari bumi
d. Dari dimensi lain

a. Mungkinkah mereka dari luar angkasa?


Perkiraan bahwa alien berasal dari luar angkasa sangat mungkin sekali, tapi ada beberapa keanehan atau kejanggalan bila mereka memang berasal dari luar angkasa. Keanehan itu adalah:
  1. Radar kita tidak pernah mendeteksi adanya spaceship yang memasuki atmosfir bumi.
  2. Bintang terdekat dengan tata surya kita adalah Alpha Centauri, yang berjarak 4.3 tahun cahaya. Ini berarti apa yang kita lihat hari ini adalah apa yang terjadi 4.3 tahun yang lalu. Terbang dengan kecepatan cahaya masih merupakan fiksi ilmiah. Untuk suatu perjalanan yang cukup cepat bagi UFO akan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk mencapai bumi.
  3. Yang aneh adalah, meski ada ribuan saksi yang menyatakan pernah melihat UFO setiap tahun, namun tidak ada gambaran UFO yang persis sama. Tentunya sangat sulit untuk dibayangkan bila mereka dari luar angkasa dengan membawa sedemikian banyaknya jenis pesawat yang berbeda-beda dan berjalan zig-zag di angkasa setiap hari.
  4. Fenomena UFO dalam terbang sering tidak mengikuti hukum gravitasi dan aerodinamika, bukankah kalau mereka benar-benar dari angkasa luar, hukum-hukum fisika itu tetap berlaku buat mereka?
  5. Tidak ada BUKTI nyata bahwa mereka berasal dari planet tertentu.
  6. Beberapa orang yang berhubungan (kontak) dengan alien, sering kali mendapat pelajaran tentang spiritualitas, filosofi, peringatan tentang bahaya nuklir, dll. Apakah alien yang datang dari jarak yang jauh itu datang ke bumi hanya untuk mengajari manusia filsafat?
Memang ada juga yang tetap yakin bahwa mereka datang dari luar angkasa dengan teknologi yang sedemikian majunya yang belum terbayangkan oleh pikiran manusia.

b. Mungkinkah mereka dari masa depan?



Apakah UFO semacam mesin waktu dari masa depan? Orang yang percaya bahwa
mesin waktu bisa (mungkin) dibuat akan bisa menerima kemungkinan akan teori
ini. Tapi saya mengabaikan teori ini karena pertimbangan:
  1. Beberapa laporan yang pernah melihat alien menyatakan bahwa kebanyakan bentuk mereka bukan manusia (human) dan terkadang aneh atau mengerikan.
  2. Interfensi makhluk dari masa depan bisa menimbulkan teori “paralel universe”. Kalau mereka benar dari masa depan, maka saat ini tentunya mereka belum ada. Namun kalau mereka datang dari masa depan dan muncul saat ini, berarti itu merupakan suatu hal yang “unik” dan “menakjubkan”.
  3. Kalau mereka memang dari masa depan, untuk apa mereka melakukan penculikan terhadap manusia (alien abduction)?

c. Mungkinkah mereka dari bumi?


Jika kemungkinan mereka dari bumi, tentunya harus dipertanyakan juga, yaitu:

1. Apakah buatan manusia?
2. Apakah buatan non human yang jenis spesiesnya belum kita ketahui sampai saat ini?

Kemungkinan bahwa UFO itu buatan manusia meragukan bila melihat fakta:

* Adanya fenomena penculikan manusia oleh UFO.
* UFO sudah pernah terlihat, jauh sebelum manusia mampu membuat pesawat terbang.
* Pesawat UFO sering diluar hukum-hukum gravitasi dan aerodinamika.

Kemungkinan buatan non human yang berasal dari bumi, meragukan bila melihat fakta:

* Pesawat UFO sering diluar hukum-hukum gravitasi dan aerodinamika.
* Di manakah mereka berada? (Ini memang bisa dijawab: di dasar laut, di daerah kutub yang tidak dihuni manusia, di dalam/rongga-rongga bumi)
* Mengapa ada masa kosong, di mana dulu pada jaman purbakala dikatakan alien sering hilir mudik di antara manusia, dan baru kini mulai aktif lagi?

d. Mungkinkah mereka dari dimensi lain?

Tentunya bila ketiga kemungkinan di atas diabaikan karena adanya sanggahan atau pemikiran yang meragukan, maka pilihan terakhir adalah yang keempat, yaitu: Mungkinkah mereka dari dimensi lain?

Teori tentang alien dari dimensi lain cukup banyak dianut oleh kalangan ufologi (tidak semua). Beberapa data yang mendukung adalah:

* Menjelaskan fenomena UFO muncul dan menghilang secara tiba-tiba.
* Tidak mengikuti hukum-hukum fisika dalam dimensi manusia.
* Adanya kontak secara telepati atau melalui mimpi dengan beberapa orang yang merasa menjalin komunikasi (kontak) dengan alien.
* Sering terjadi kasus alien abduction pada waktu korban tidur.
* Mereka tidak bisa berinteraksi secara bebas dengan manusia karena berbeda dimensi. Untuk berinteraksi di dimensi manusia, mereka membutuhkan wadah (containers) manusia. Ini menjelaskan teori alien abduction dan pembuatan hybrid, di mana terjadi juga proses “soul abduction”.

Bila mereka datang dari dimensi lain, siapakah mereka? Suatu fakta bahwa di Indonesia yang cukup mengenal fenomena jin ini, ternyata memiliki suatu persamaan sifat, yaitu jin suka melakukan penculikan (baik orang dewasa maupun anak-anak), di mana korban sering berada di suatu tempat yang dia tidak mau kembali (karena enak), namun sebagian juga berhasil lari atau berhasil dikeluarkan/dikembalikan oleh bantuan orang lain.

Apakah jin mempunyai teknologi? Dapatkan keberadaan makhluk cerdas dari dimensi lain yang dinamakan jin ini diterima dengan akal manusia modern? Dan apakah memang fenomena jin ini adalah fenomena UFO yang muncul belakangan ini setelah sekian lama vakum?

Bicara soal jin, mungkin tidak akan lepas dari suatu kemungkinan bahwa ada jin yang baik dan jin yang jahat. Pendapat banyak orang adalah, jin yang baik tidak ingin mencampuri urusan manusia, namun jin yang jahat (setan dengan pemimpinnya Iblis/Lucifer), suka mencampuri urusan manusia dan berusaha menyesatkan manusia. Mungkin ini menjelaskan:

* Mengapa alien tidak begitu saja menyerang manusia (tembak dan hancurkan) karena tujuan mereka bukan membunuh namun menyesatkan?

Dapatkah dipercaya ada dimensi lain?

Mempercayai alien berasal dari planet lain adalah jauh lebih mudah daripada meyakini bahwa mereka berasal dari dimensi lain. Namun keberadaan dimensi lain nampaknya tidak mudah diabaikan begitu saja. Banyak penulis cerita fiksi, baik dari jaman dulu maupun kini, menggunakan tema kehidupan di dimensi lain ini, misalnya:

* Odyssey (Kisah Perjalanan Ullyses)
* Sinbad, si pelaut
* Christmas Carol
* Alice in the Wonderland
* Legenda Nyai Loro Kidul

Namun tentu saja, semua itu masih dapat dianggap sebagai suatu cerita. Sejauh ini, beberapa eksperimen ilmiah yang menyangkut masalah dimensi lain adalah:

* Philadelphia experiment, yaitu percobaan tentang ruang dan waktu.
* Penelitian terhadap beberapa peristiwa paranormal, seperti NDE (Near Death Experience), OBE (Out of Body Experience) atau Astral Travelling, ESP (Extra Sensory Perception), mimpi, dll.

Fenomena-fenomena yang menyangkut dimensi lain adalah:

* Keyakinan bahwa manusia mempunyai roh
* Keyakinan bahwa spirit manusia tetap hidup walau badannya mati
* Keyakinan adanya inkarnasi dan reinkarnasi
* Manusia mempunyai “indera keenam”
* Munculnya makhluk halus, hantu, jin, dll
* Misteri Segitiga Bermuda.

Penjelasan yang mungkin mendekati ilmiah tentang dimensi lain adalah keberadaan mereka (alien) adalah pada spektrum yang tidak mampu ditangkap oleh indera manusia, misalnya, kemampuan pengelihatan manusia terbatas dan tidak mampu melihat cahaya infra merah dan ultra violet. Demikian pula manusia tidak mampu mendengar suara infrasonic dan ultra sonic. Namun beberapa binatang mempunyai kemampuan spektrum indera yang lebih luas/berbeda dengan manusia, misalnya kelelawar mampu mendengar gelombang ultrasonic, beberapa binatang mampu mengindera kehadiran “makhluk halus”, ada binatang yang mampu mengindera bakal terjadinya gempa bumi, dll.

Manusia juga memiliki indera keenam, namun sayangnya indera ini tidak dikembangkan oleh semua orang. Dengan indera keenam ini, manusia mampu melakukan intuisi dan antisipasi.

Sumber

Saturday, September 22, 2012

Planet Layak Huni Selain Bumi

Untuk pertama kalinya, astronom akhirnya menemukan planet yang mirip Bumi di luar Tata Surya, sebuah planet ekstrasolar dengan radius 50% lebih besar dari bumi dan mampu memiliki air dalam bentuk cair. Penemuan ini memberi sebuah harapan baru dan sebuah langkah maju dalam usaha pencarian planet-planet yang bisa digolongkan sebagai planet layak huni. Dengan menggunakan teleskop ESO 3,6 m, tim pemburu planet dari Swiss, Perancis dan Portugal akhirnya menemukan super-Bumi yang massanya 5 kali massa Bumi dan mengorbit bintang katai merah, yang sebelumnya diketahui telah memiliki planet bermassa Neptunus. Para astronom juga menemukan bukti kuat yang menunjukkan indikasi keberadaan planet ketiga dengan massa 8 kali massa Bumi.

Planet Gliese 581 c

Planet Gliese 581 c planet yang diduga mirip Bumi. kredit : ESO  
Exoplanet, itulah cara para astronom dalam menyebut planet yang berada disekitar bintang selain Matahari. Nah, exoplanet yang baru ditemukan ini merupakan exoplanet terkecil yang pernah ditemukan hingga saat ini dan ia bisa mengitari bintangnya hanya dalam 13 hari. Dan jaraknya juga 14 kali lebih dekat dari jarak Bumi -Matahari. Bintang induknya sendiri ternyata bukanlah bintang sekelas Matahari melainkan bintang katai merah yang lebih kecil, kebih dingin dan lebih redup dibanding Matahari. Itulah bintang Gliese 581, bintang yang menaungi si exoplanet mirip Bumi tersebut.

Si exoplanet yang mirip Bumi ini terletak di dalam area layak huni sang bintang (berada dalam habitable zone bintang – akan dibahas dalam artikel yang lain), daerah disekitar bintang dimana air yang berada pada area itu bisa berada dalam bentuk cairan. Exoplanet tersebut dinamakan Gliese 581 c yang artinya planet kedua yang bermukim di bintang Gliese 581. Planet pertama dalam extrasolar planet dinamakan dengan nama bintang dan diikuti indikasi b, bintang kedua indikasinya c dst.

Menurut Stephane Udry dari Geneva Observatory, mereka memperkirakan temperatur rata-rata super-Bumi ini antara 0 – 40 derajat Celcius, dan kondisi airnya masih dalam bentuk cairan. Selain itu radiusnya juga diperkirakan hanya 1,5 kali radius Bumi, dan dari pemodelannya bisa diperkirakan kalau planet ini merupakan planet batuan seperti Bumi atau bisa jadi Gliese 581 c adalah planet lautan.

Ditambahkan oleh Xavier Delfosse, salah satu anggota tim dari Perancis, kalau air dalam bentuk cair merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan sepanjang yang kita ketahui. Dengan memiliki temperatur dan jarak yang relatif dekat seperti yang dimiliki Gliese 581 c, planet ini kemungkinan akan menjadi target penting dalam misi ruang angkasa di masa depan khususnya dalam hal pencarian kehidupan extra-terrestrial. Dan di dalam peta harta karun alam semesta, Gliese 581 c akan ditandai dengan X.

- perlu diingat perbandingan kehidupan itu sendiri akan selalu mengacu pada kehidupan di Bumi.-

Gilese 581
Bintang induk Gliese 581 merupakan satu diantara 100 bintang yang berada dekat dengan kita. Massa dan radiusnya hanya sepertiga massa Matahari. Planet katai merah seperti ini secara intrinsik memiliki kecerlangan setidaknya 50 kali lebih lemah dari Matahari. Bintang katai merah juga termasuk bintang yang umum ditemukan di dalam galaksi kita (Bimasakti) : diantara 100 bintang dekat dengan Matahari, 80 diantaranya berada di kelas ini.

Gl 581, atau Gliese 581, merupakan bintang ke 581 dalam urutan Katalog Gliese yang merupakan susunan bintang yang berada dalam jarak 25 parsecs (81,5 tahun cahaya) dari bintang. Katalog tersebut dibuat oleh Gliese dan diterbitkan pada tahun 1969 dan diperbaharui tahun 1991 oleh Gliese dan Jahreiss. Gliese 581 sendiri jaraknya 6,26 parsecs (22,66 tahun cahaya) berada di konstelasi Libra dan usianya 4,3 milyar tahun.

Menurut Xavier Bonfils dari Lisbon University, Bintang katai merah merupakan target ideal dalam pencarian planet bermassa kecil yang memiliki air dalam bentuk cair. Hal ini disebabkan karena bintang katai seperti ini memancarkan sedikit cahaya sehingga daerah layak huninya (habitable zone) berada lebih dekat dengan bintang dibanding planet-planet disekitar Matahari.

Planet-planet yang berada di daerah tersebut akan lebih mudah dideteksi dengan menggunakan metode kecepatan radial, metode yang paling sukses dalam pencarian dan deteksi exoplanet.

Planet Lainnya di Gliese 581
Dua tahun lalu, tim astronom yang sama juga menemukan planet yang mengelilingi Gliese 581. Planet yang dikenal dengan nama Gliese 581 b memiliki massa 15 massa Bumi, dan mirip dengan Neptunus. Ia mengorbit Gliese 581 hanya menghabiskan waktu 5,4 hari. Pada saat itu astronom juga sudah melihat adanya indikasi planet lain disekitar tempat itu. Dan setelah pencarian yang lebih lanjut, ditemukan planet super-Bumi, tapi bukan hanya itu, ada juga indikasi yang sangat jelas menunjukkan kalau ditempat itu ada planet ketiga. Planet ketiga tersebut memiliki massa 8 kali massa Bumi dan menyelesaikan putaran orbitnya dalam waktu 84 hari.

Sistem keplanetan di Gliese 581 sedikitnya telah memiliki 3 buah planet dengan massa kurang lebih 15 massa Bumi, dan ini bisa dikatakan merupakan sistem yang luar biasa. Selama ini pencarian exoplanet paling banyak dilakukan pada bintang yang sekelas Matahari.

Metode Pengamatan
Penemuan Gliese 581 c ini dilakukan dengan menggunakan metode kecepatan radial. Metode kecepatan radial mendeteksi perubahan kecepatan bintang induk yang diakibatkan oleh gaya gravitasi dari exoplanet (yang tak terlihat) saat ia mengorbit bintangnya. Evaluasi pengukuran kecepatan akan memberi deduksi tentang orbit planet, biasanya bisa diketahui periode dan jarak dari bintang, serta massa minimumnya. Secara statistik, massa minimum ini mendekati massa yang sebenarnya.

Penemuan ini dilakukan menggunakan spektograf HARPS (High Accuracy RAdial Velocity for the Planetary Searcher), teleskop ESO 3,6 m di La Silla, Chille. HARPS bisa mengukur kecepatan dengan presisi lebih baik dari 1 meter per detik (3,6 km/jam). Dalam pendeteksian ini, variasi kecepatan yang terdeteksi antara 2 dan 3 meter per detik atau setara dengan 9 km/jam. Dari 13 planet yang massanya dibawah 20 massa Bumi, 11 diantaranya ditemukan dengan HARPS.

Selain Gliese 581 c ada dua sistem lain yang memiliki massa kecil juga, yakni planet es yang mengitari OGLE-2005-BLG-390L, yang ditemukan dengan jaringan teleskop microlensing. Massa planet tersebut 5,5 massa Bumi. Namun planet tersebut orbitnya lebih jauh dari bintang induknya yang kecil dibanding jarak Gliese 581 c dengan bintangnya. Selain itu planet yang mengitari OGLE-2005-BLG-390L juga lebih dingin.

Planet lainnya memiliki massa minimum 5,89 massa Bumi (dengan kemungkinan massa benarnya 7,53 massa Bumi) dan periode orbitnya kurang dari 2 hari, hal ini menyebabkan si planet terlalu panas untuk masih memiliki air di permukaannya.

Penemuan Gliese 581 c memberi satu titik cerah dalam masalah pencarian planet-planet yg mirip Bumi didalam zona layak huni bintang. Tapi untuk tiba pada apakah ada kehidupan lain disana atau mungkinkah kita hidup disana masih ada banyak hal yang perlu dijawab.

Sumber 

Benarkah ada Bumi lain?

Planet Bumi yang lain atau bagi kalangan astronom lebih dikenal sebagai planet layak huni adalah harapan bagi para astronom dan juga manusia untuk menemukan sebuah petunjuk keberadaan kehidupan lain selain Bumi.


Ilustrasi Planet Kepler-22b. Kredit : NASA/Ames/JPL-Caltech  
Hasilnya? Planet pertama dari ke-54 kandidat ini pun dikonfirmasi sebagai sebuah exoplanet atau planet yang mengorbit bintang lain selain Matahari. Dan dia juga masuk dalam jajaran planet yang berada di zona laik huni. Artinya ada kemungkinan si planet ini bisa mendukung adanya kehidupan.Februari 2011 Kepler mengumumkan penemuan 54 kandidat planet yang berada dalam zona laik huni. Kandidat-kandidat tersebut kemudian dipelajari lebih lanjut untuk mengetahui apakah mereka benar sebuah planet atau bukan.

Tapi ada hal lain yang menarik dari planet baru ini. Planet yang diberi nama Kepler-22 punya keunikan selain keberadaannya di zona laik huni. Bintang induk dari planet Kepler-22 adalah sebuah bintang serupa Matahari. Apakah lantas Kepler-22 bisa menjadi “saudara” Bumi?

Planet Kepler-22b
Exoplanet Kepler-22 yang ditemukan oleh wahana ruang angkasa Kepler tersebut memiliki ukuran 2,4 kali radius Bumi. Dan para ilmuwan pun belum bisa mengetahui apakah komposisi Kepler-22 didominasi batuan, gas atau cairan. Yang pasti penemuan Kepler-22 membawa manusia satu langkah lebih dekat untuk menemukan planet serupa Bumi.

Perbandingan area laik huni antara Tata Surya dan Kepler-22. Kredit : ASA/Ames/JPL-Caltech  
Jadi, meskipun Kepler-22 memiliki bintang induk yang sama yaitu yang serupa Matahari, tapi bukan berarti ia adalah saudara kembar Bumi. Kalau dianalisa dari ukuran, maka planet Kepler-22 lebih mirip planet gasNeptunus dibanding planet batuan. Tapi kalau ditilik dari lokasinya yang berada di zona laik huni bintang, tentunya ia berada pada orbit yang temperaturnya mirip dengan lokasi dimana Bumi berada. Zona laik huni adalah area yang dimiliki bintang yang bisa mempertahankan keberadaan air dalam wujud cair di permukaan planet. Artinya lagi, zona ini berada tidak terlalu dekat atau terlalu jauh dari bintang sehingga temperaturnya hangat. Temperatur permukaan planet Kepler-22b diperkirakan 22º Celsius.

Planet Kepler-22b berada 600 tahun cahaya dari Bumi dan mengitari bintang induknya di rasi angsa aka rasi Cygnus dalam waktu 290 hari. Bintang yang ia kitari memang merupakan bintang serupa Matahari yakni bintang tipe-G meskipun sedikit lebih kecil dan lebih dingin.

Apakah Kepler-22b Layak Huni?
Exoplanet Kepler-22b memang ditemukan berada di zona laik huni bintang induknya. Artinya, ia berada di area dimana air yang merupakan salah satu komponen penting bagi tumbuh kembangnya kehidupan bisa dipertahankan dalam wujud cair. Ini penting karena air yang dibutuhkan adalah air dalam wujud cair bukan uap air atau es. Mengapa demikian?

Sederhananya karena inilah kehidupan yang kita kenal. Kehidupan seperti yang kita miliki di Bumi. Nah dengan temperatur permukaan Kepler-22b yang diperkirakan 22º C, bagaimana kemungkinan kehidupan di sana?

Ada beberapa pendapat yang muncul setelah Kepler-22b diumumkan sebagai planet pertama laik huni di bintang serupa Matahari. Salah satunya datang dari peneliti Abel Mendez yang juga membuat katalog Planet Laik Huni dari Universitas Puerto Rico, Arecibo. Ia menggunakan radius Kepler-22b yang hanya 2,4 kali Bumi untuk menghitung kemungkinan massa dan kerapatan planet. Teori paling optimis agar planet ini bisa memiliki kehidupan jika Kepler-22b merupakan planet air alias planet yang memiliki lautan global dan awan. Tapi, Mendez sendiri senang jika ternyata ia salah.

Astronom Sara Seager dari MIT memberi catatan kalau ukuran Kepler-22b memungkinkan keberadaan atmosfer yang masif lengkap dengan efek rumahkaca yang masif. Artinya planet ini akan mirip Venus yang sangat panas. Terlalu panas bagi kehidupan untuk bisa bertahan.

Perkiraan temperatur di Kepler-22b ini dilakukan dengan dasar properti atmosfer serupa Bumi dan efek hangat. Ilmuwan belum bisa menentukan apakah planet tersebut memang memiliki komposisi serupa Bumi jika tidak diketahui massanya. Jika massanya sudah diketahui, maka dapat diketahui apakah planet ini memiliki komposisi batuan, lautan ataukah gas. Sara Seager sendiri mengasumsikan kalau Kepler-22b merupakan planet gas yang adalah Neptunus mini, planet yang diperkirakan absen dari Tata Surya.

Tapi bisa juga Kepler-22b merupakan planet batuan yang rapat. Jika memang demikian, Kepler-22b diperkirakan akan memiliki atmosfer tipis dan ada kesempatan bagi si planet untuk menjadi planet laik huni.

Deteksi Kepler-22b
Wahana ruang angkasa Kepler dalam melakukan pengamatan dari Mei 2009 telah mengumumkan kandidat planet baru sebanyak 2326 kandidat. Di antaranya, 207 kandidat berukuran Bumi, 680 merupakan kandidat Super Bumi, 1181 seukuran Neptunus, 203 kandidat seukuran Jupiter dan 55 kandidat lebih besar dari Jupiter. Dan Kepler-22b seperti yang sudah disebutkan, merupakan kandidat pertama yang dikonfirmasi sebagai planet dari 54 kandidat planet laik huni yang diumumkan Februari 2011. Dari ke-54 kandidat planet laik huni, saat ini tersisa 48 kandidat planet laik huni yang berdiam di zona laik huni bintangnya.

Tim Kepler juga sedang menyusun definisi mengenai kondisi zona laik huni kedalam katalog baru mereka untuk memperhitungkan juga efek hangat dari atmosfer. Redefinisi ini bisa jadi justru menggeser zoa laik huni makin jauh dari bintang.
Wahana Kepler mencari exoplanet dan kandidat exoplanet dengan mengukur penurunan kecerlangan pada lebih dari 150.000 bintang untuk melihat jika ada planet yang melintas atau transit di depan sebuah bintang. Untuk bisa memastikan sinyal tersebut adalah sebuah kandidat planet, Kepler membutuhkan setidaknya 3 kali transit.

Kepler-22b pertama kali dideteksi 3 hari setelah wahana Kepler diumumkan beroperasi. Dan transit ketiganya dikonfirmasi pada akhir tahun 2010. Setelah itu tim Kepler menggunakan teleskop landas bumi dan juga Teleskop Spitzer untuk melakukan pengamatan pada kandidat planet yang dilihat Kepler. Area yang diamati Kepler di rasi Cygnus dan Lyra hanya bisa dilihat oleh teleskop landas Bumi saat musim semi sampai awal musim gugur. Data yang dibutuhkan dari observasi lainnya ini digunakan untuk menentukan apakah si kandidat planet tadi memang sebuah planet.

Kepler-22b memang menjadi batu loncatan menuju penemuan kembaran Bumi di bintang serupa Matahari. Apalagi dengan adanya peningkatan jumlah kandidat planet Bumi dan Super Bumi yang mencapai 200 dan 140 persen sejak bulan Februari. Data baru ini sekaligus menunjukkan kalau planet seukuran Bumi “berlimpah” di galaksi.

Dan seandainya planet kembar Bumi ditemukan dan planet itu ternyata bisa memiliki kehidupan, bagaimana sikap kita?


Sumber

Komet awal kehidupan di Bumi?


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari 243rd National Meeting & Exposition of the American Chemical Society (ACS) pada tanggal 27 Maret kemarin mengemukakan suatu fakta yang mengejutkan. Mereka mengungkapkan bahwa, jutaan tahun lalu, bumi telah dibombardir oleh ribuan meteor dan juga komet. Menurut penelitian mereka, seperti yang dikutip oleh Sciencedaily.com, komet yang jatuh ke bumi membawa air sebagai awal muasal munculnya kehidupan di bumi.
Jennifer G. Blank, Ph.D., ketua penelitian tersebut mengemukakan bahwa komet yang menabrak bumi dengan kecepatan lebih dari 25 ribu kilometer/jam tersebut memecahkan kubah pelindung Amino Acids yang diketahui sebagai awal lahirnya kehidupan. Amino Acids tersebut mengeluarkan protein dan dari protein tersebut melahirkan mikroba yang berevolusi menjadi makhluk hidup sampai sekarang ini.

Menurut Blank, "Sebelum menabrak bumi, komet sudah memiliki unsur Amino Acids yang akhirnya keluar dari plasentanya dan melahirkan mikroba sebagai titik awal lahirnya kehidupan di bumi". Banyak ilmuwan yang juga mengatakan bahwa komet adalah benda langit yang memiliki kadar gas beku, air, es, debu, dan batu. Para astronom menyebutnya 'bola salju kotor'. Blank juga menuturkan bahwa, jaman dahulu, komet berputar mengelilingi matahari dan beberapa waktu komet-komet tersebut kehilangan titik edar dan meluncur menghujani planet-planet terdekat dengan matahari, termasuk bumi.

Bukti lain yang memperkuat bahwa jutaan tahun lalu bumi telah dibombardir oleh komet adalah banyaknya ceruk-ceruk di permukaan bulan. Seperti yand diketahui bulan memiliki jarak yang tidak begitu jauh dari bumi, dan tentu saja, apabila bumi terkena hantaman beribu-ribu komet, maka tidak menutup kemungkinan bulan juga terkena imbasnya. Sebelum komet menghajar bumi, planet ini merupakan planet yang memiliki suhu yang amat sangat panas dan sangat mustahil bagi makhluk hidup untuk mendiami tempat panas seperti bumi.


Blank dan rekannya dari Bay Area Environmental Research Institute NASA/Ames Research Center, Moffett Field, California, meneliti debu komet yang sempat dibawa pulang oleh astronot NASA dari luar angkasa. Dari debu tersebut, Blank berani menyimpulkan bahwa memang benar pada jutaan tahun lalu, kometlah yang membawa kehidupan di bumi. Blank juga mengatakan, "Tidak menutup kemungkinan bahwa bukan hanya komet saja yang membawa asal kehidupan di bumi. Asteroid atau meteor atau juga benda langit lain bisa jadi ikut berperan terhadap lahirnya kehidupan di bumi". Semoga perkataan Blank ini tidak menjadi bumerang seperti hipotesa Darwin, yang mengatakan manusia berasal dari kera.

Apa itu "Komet"?

Komet adalah salah satu anggota dari keluarga sistem tata surya
Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuklonjong atau parabolis atau hiperbolis. Kata "komet" berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "rambut panjang". Istilah lainnya adalah bintang berekor yang tidak tidak tepat karena komet sama sekali bukan bintang. Orang Jawa menyebutnya sebagai lintang kemukus karena memiliki ekor seperti buah kemukus yang telah dikeringkan.
Komet terbentuk dari es dan debu.Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yangmembeku pada saat berada jauh dari Matahari. Ketika mendekati Matahari, sebagianbahan penyusun komet menguap membentuk kepala gas dan ekor.Komet juga mengelilingi Matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya.Komet merupakan gas pijar dengan garis edar yang berbeda-beda.Panjang "ekor" komet dapat mencapai jutaan km.Beberapa komet menempuh jarak lebih jauh di luarangkasa daripada planet. Beberapa komet membutuhkan ribuan tahun untuk menyelesaikan satu kali mengorbit Matahari. Komet mengorbit Matahari dalam suatu lintasanyang berbentuk elips

Bagian-Bagian Komet
Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor.Bagian-bagian komet sebagai berikut.
Inti, merupakan bahan yang sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer, dan terbentuk dari penguapan bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian berubah menjadi gas.

Koma, merupakan daerah kabut atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak oleh mata manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.
Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika komet lewat di dekat Matahari.
Inti komet adalah sebongkah batu dan salju.Ekor komet arahnya selalu menjauh dari Matahari.Bagian ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas.Bentuk ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuklurus.Koma atau ekor komet tercipta saat mendekati Matahari yaitu ketika sebagian inti meleleh menjadi gas. Angin Matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang mengepul ke arah belakang kepala komet.Ekor inilah yang terlihat bersinar dari bumi. Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.

Jenis-Jenis Komet
Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
  1. Komet berekor panjang, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat jauh melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga berkesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati Matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya, komet Kohoutek yang melintas dekat Matahari setiap 75.000 tahun sekali dan komet Halley setiap 76 tahun sekali.
  2. Komet berekor pendek, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati Matahari, komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya komet Encke yang melintas mendekati Matahari setiap 3,3 tahun sekali.

Nama-nama Komet
Sekarang telah dikenal banyak nama komet, antara lain sebagai berikut
  1. Komet Kohoutek.
  2. Komet Arend-Roland dan Komet Maikos yang muncul pada tahun 1957.
  3. Komet Ikeya-Seki, ditemukan pada bulan September 1965 oleh dua astronom Jepang, yaitu Ikeya dan T. Seki.
  4. Komet Shoemaker-Levy 9 yang hancur pada tahun 1994.
  5. Komet Hyakutake yang muncul pada tahun 1996.
  6. Komet Hale-Bopp yang muncul pada tahun 1997 dan lainnya.
  7. Komet Lovejoy
  8. Komet Halley terakhir muncul pada tahun 1986 dan muncul setiap 76 tahun.
  9. Komet Elenin
  10. Komet Encke komet ini merupakan salah satu dengan orbit terpendek yaitu 3 tahun sekali.
  11. Komet Brooks Ditemukan Juli 1911 penemunya William Robert Brooks dan nama belakangnya dijadikan nama komet ini.
  12. Komet Lulin Ditemukan pada 11 Juli 2007.
  13. Komet Hartley Komet ini nampak setiap 6 tahun sekali.
  14. Komet Kopff namanya berasal dari nama penemunya yaitu August Kopff . Diperkirakan nampak setiap 6 tahun sekali.
  15. Komet Swan
  16. Komet Bode ditemukan oleh Johann Elert Bode.
  17. Komet Holmes ditemukan oleh Edwin Holmes.

Komet Lovejoy

Komet Elenin

Komet Kohoutek

Komet Halley